HAK SUAMI DAN ISTRI
Hak istri atas suami
Mendapatkan Pergaulan dengan Sebaik-baiknya.
Secara naluri, seorang wanita memang memiliki perasaan yang halus, tetapi mudah marah. Oleh karena itu, suami wajib bersabar dalam menghadapinya, agar mereka bisa hidup tenteram, damai dan bahagia.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah, SAW, beliau bersabda;
Kita perhatikan apa yang pernah diucapkan oleh Umar bin Al Khathab r.a. yang dikenal sebagai orang yang sangat keras. Ia mengatakan, “Ditengah-tengah keluarga, seharusnya seorang laki-laki itu seperti anak kecil (yang lemah lembut). Tetapi jika sedang dibutuhkan oleh anggota keluarganya(dalam menghadapi tantangan), ia berubah menjadi seorang lelaki yang matang dan dewasa.”
Luqman Al-Hakim juga pernah mengatakan hal yang sama, “Seseorang yang berakal ditengah keluarganya sebaiknya ia seperti anak kecil(yang lemah lembut). Tetapi jika sedang berada di tengah masyarakat, ia tampil sebagai seorang yang gagah berani.”
Seorang suami harus bisa menutup mata dari kekurangan yang dimiliki pada istrinya, dengan cara mengingat kebaikan serta kelebihanya yang jauh lebih banyak. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Seorang suami tidak boleh membenci istri. Jika ia tidak suka pada salah satu akhlaknya, ia suka pada akhlaknya yang lain.”
Allah Ta’ala berfirman,
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karenanya Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas seagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
Nafkah itu wajib diberikan oleh suami, meskipun seandainya istrinya adalah orang yang kaya. Secara umum, yang termasuk nafkahnya ialah memberi makan dan pakaian. Seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya sesuai dengan kemampuannya. Demi memenuhi hak istri, ia tidak boleh kikir.
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Nafkah yang kamu berikan dengan niat untuk mencari keridhoan Allah, niscaya akan diberikan pahalanya, termasuk nafkah yang kamu suapkan ke mulut istrimu.”
Islam menganggap bekerja untuk menghidupi keluarga dan istri, termasuk dalam amal dan jihad pada jalan Allah.
Pada suatu hari Muhammad bin Wasi’ berbincang dengan Malik bin Dinar. Malik bin Dinar adalah seorang bujangan yang ditinggal istrinya meninggal dunia, dan ia tidak menikah lagi.
Muhammad bin Wasi’ bertanya, “Kenapa anda tidak bekerja mencari rezeki yang halal dan menafkahkannya untuk keluarga?”
Selanjutnya Malik bercerita, “Seminggu setelah kematian istriku, aku bermimpi melihat seolah-olah semua pintu langit terbuka, lalu ada beberapa orang yang turun dan berjalan di angkasa dengan berbaris rapi. Seorang diantara mereke turun menghampiriku lalu berkata kepada teman-temannya yang ada di belakang….
“Itulah Orang yang sial!”
Teman dibarisan kedua, ketiga, dan keempat menyahut. “Benar!”
Saya takut menanyakan hal itu kepada mereka. Namun saat yang berada dibarisan terakhir lewat didepanku, aku memberanikan diri untuk bertanya,
“Hai anak muda, siapa orang sial yang mereka maksud tadi?”
Ia menjawab, ”Kamu!”
Aku bertanya, “Kenapa?”
Ia menjawab, “Kami pernah mengangkat derajat amalmu ke dalam amal orang-orang yang berjuang pada jalan Allah. Tetapi sejak sepekan belakangan ini kami disuruh untuk menurunkan derajat amalmu kedalam amal orang-orang yang absen berjihad pada jalan Allah. Dan kami tidak tahu apa yang telah kamu lakukan.”
Setelah peristiwa itu, ia lalu segera menikah lagi.
Bermain dan Bercanda dengan Istri
Seorang suami harus berlaku penuh sayang kepada istrinya, dan berusaha menghibur dengan bermain serta bercanda, karena hal itu dapat menyenagkan hati istri.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, “Aku mendengar suara beberapa orang Habbasyah dan yang lainnya sedang bermain. Rasulullah SAW bertanya padaku, “Apakah kamu suka melihat permainan mereka?”
Aku menjawab, “Ya.”
Beliau memanggil mereka dan merekapun datang. Beliau berdiri diantara dua pintu sambil meletakkan telapak tangannya pada pintu. Tangan beliau terbentang. Lalu aku menyandarkan leherku pada tangan beliau sambil melihat mereka bermain. Beberapa saat kemudian beliau bertanya padaku,
“Sudah cukup?”
Aku menjawab “Ya”
Selanjutnya beliau memberikan isyarat kepada mereka, lalu mereka pun pergi.
Kemudian beliau bersabda,
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya dan paling baik akhlaknya ialah yang paling lembut terhadap istrinya.”
Mengajarkan Urusan Agama Kepada Istri
Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan,
“Seorang suami wajib mengajari istrinya hokum-hukum agama, termasuk masalah-masalah yang menyangkut haid. Sebab, hal itulah yang akan menjaganya dari neraka, berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6)
Al-Ghazali mengatakan, “Apabila seorang istri mengabaikan hukum masalah haid, istihadhah, dan lain sebagainya, dan suaminyapun tidak mau mengajarinya, maka mereka berdua sama-sama berdosa.”
Memperhatikan Hak-Hak Seksual Istri
Seorang suami tidak boleh membiarkan/menelantarkan istrinya tanpa ada alasan yang dibenarkan oleh syariat, karena hal itu sama dengan berbuat zhalim kepada istri. Sekalipun dengan dalih agar bisa konsentrasi dan khusyu’ dalam beribadah. Menurut syariat hal itu tetap tidak diperbolehkan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Abdullah, benarkah kabar bahwa kamu selalu puasa pada siang hari dan selalu shalat sunnah pada malam hari?”
Aku menjawab. “Benar, wahai Rasulullah.”
Kemudian beliau bersabda,
“Jangan lakukan seperti itu terus. Berpuasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah. Sebab, tubuhmu punya hak atas dirimu, kedua matamu punya hak atas dirimu, dan istrimu punya hak atas dirimu.”
Diriwayatkan dari Ka’ab Al-Asadi,
“Sesungguhnya istrimu punya hak atas dirimu. Gaulilah ia empat hari sekali. Lakukan hal itu, dan jangan mengajukan alasan-alasan apa pun.”
Tidak Berlebihan dalam Cemburu
Seorang suami harus adil/proporsional dalam masalah cemburu, tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh lalai.
Diriwayatkan dari Jabir bin Atik, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“ Sesungguhnya diantara cemburu itu ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah. Dan sesungguhnya diantara sombong itu ada yang disukai Allah dan ada yang dbenci Allah. Cemburu yang disukai Allah ialah cemburu karena ada kecurigaan. Adapun cemburu yang dibenci Allah ialah cemburu tanpa ada kecurugaan (cemburu buta).”
Haram Hukumnya Menyiarkan Rahasia yang Terjadi antara Suami Istri
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda,
“ Sesungguhnya diantara manusia yang menempati kedudukan paling buruk disisi Allah pada Hari Kiamat kelak, adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya, dan istrinya pun menyetubuhinya, kemudian salah satu diantara keduanya menyiarkan rahasia pasangannya.”
Al-Amir Ash-Shan’ani mengatakan,
“Hadits tadi merupakan dalil atas keharaman seseorang menyiarkan rahasia hubungannya diatas ranjang dengan istrinya, baik berupa ucapan, perbuatan, dan lain sebagainya. Tetapi kalau hanya menceritakan ia telah melakukan hubungan intim dengan istrinya, tanpa ada perlunya, hal itu hukumnya makruh, karena bertentangan dengan sifat keperwiraan (menjaga harga diri).”
Istri Wajib Menjaga Kehormatan dan Ridha Suami
Sesungguhnya suamimu adalah surgamu dan nerakamu. Oleh karena itu, hati-hati jangan sampai kamu membuat ia marah. Sedapat-dapatnya kamu buat ia selalu ridha terhadapmu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulllah SAW bersabda,
“Tidak boleh seseorang bersujud kepada orang lain. Seandainya seseorang boleh bersujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya, mengingat betapa besar tanggung jawab yang dibebankan oleh Allah kepada seorang suami atas istrinya.”
Istri Wajib Taat dan Patuh
Secara mutlak seorang istri wajib taat kepada suaminya terhadap segala yang diperintahkan, asalkan tidak termasuk perbuatan durhaka kepada Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a mengatakan, Rasulullah SAW bersabda,
“Sampaikanlah kepada wanita-wanita yang mengutusmu, bahwa sesungguhnya pahala taat kepada suami dan mengakui hak-haknya, itu sebanding dengan hal itu. Tetapi sedikit diantara kalian yang melakukannya.”
Abu Hurairah r.a bertanya kepada Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah, siapakah istri terbaik itu?”
Beliau menjawab, “Yaitu istri yang menyenangkan suami jika dipandangnya, yang taat kepadanya jika disuruh, dan tidak menentangnya terhadap yang menyangkut dirinya maupun terhadap suaminyadengan hal-hal yang tidak disukai oleh sang suami.”
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Apabila seorang wanita sudah menjalankan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka niscaya ia akan masuk surge dari pintu manapun yang ia inginkan.”
Istri Tidak Boleh Membelanjakan Harta Suami Tanpa Seizinnya
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW,
“Seorang istri tidak boleh membelanjakan sedikitpun dari apa yang terdapat di rumah suaminya, tanpa seizing sang suami.”
Hukum Suami yang Kikir
Para istri boleh mengambil sebagian harta suami mereka sejumlah yang mereka perlukan. Hal itu berdasarkan hadits Hindun istri Abu Sufyan, sesungguhnya ia berkata kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu orang yang snagat kikir. Ia tidak pernah member nafkah yang mencukupiku dan anakku, kecuali yang aku ambil darinya tanpa sepengetahuannya.”
Rasulullah SAW bersabda,
“Ambillah apa yang bisa mencukupimu dan anakmudengan patut.”
Jangan Mempersilakan orang Lain yang Tidak Disukai Suami Masuk ke Rumahnya
Kewajiban seorang istri kepada suami, untuk tidak mempersilakan orang lain yang tidak disukai oleh suami masuk ke rumahnya, atau memberi kesempatan orang lain yang juga tidak ia sukai menginjak-injak tempat tidurnya. Hal itu demi menghormati hak sang suami.
Rasulullah SAW bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah tentang wanita, karena kamu mengambil mereka dengan amanat Allah, dan mendapatkan kehalalan menikmati kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Adalah hak kamu terhadap mereka, jangan sampai tempat tidurmu diinjak-injak oleh siapa pun yang tidak kamu sukai.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah seorang wanita keluar rumah ketika suaminya sedang berada di rumah, kecuali dengan izinnya. Dan janganlah ia mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya ketika suaminya sedang berada di rumah, tanpa seizinnya. Dan apa yang ia belanjakan dari harta suaminya tanpa disuruh, maka separoh pahalanya adalah bagi sang suami.”
Semoga bermanfaat dan dapat diterapkan
Semoga bermanfaat dan dapat diterapkan
Komentar
Posting Komentar